Forum CSO+ kembali mengadakan diskusi bulanan pada 4 Februari 2025 secara daring/online, diikuti lebih dari 50 peserta. Diskusi ini difasilitasi oleh Siklus Indonesia, membahas isu filantropi dalam sektor kesehatan, sebagai respon cepat berhentinya bantuan asing, khususnya dari USAID, yang berdampak pada keberlangsungan program kesehatan masyarakat.
Narasumber utama adalah Dr. dr. Jodi Visnu, MPH (RS Panti Rapih dan PKMK FKKMK UGM). Sebagai pengantar, dr. Jodi memberikan pemahaman perbedaan antara Filantropi, CSR, dan Charity. Filantropi adalah bantuan sukarela yang strategis dan terorganisir untuk kemaslahatan publik. CSR (Corporate Social Responsibility) merupakan kewajiban sosial perusahaan yang lebih bersifat regulasi dan terbatas pada area sekitar perusahaan, dan Charity adalah bantuan jangka pendek yang bersifat insidental, misalnya untuk bencana alam.
Pembahasan utama terkait tantangan dan peluang filantropi bagi CSO/NGO. Tantangan berupa: Banyak donor internasional mengurangi bantuan sejak adanya BPJS Kesehatan, meskipun sistem BPJS memiliki banyak keterbatasan; Kurangnya insentif pajak untuk filantropi di Indonesia menyebabkan rendahnya partisipasi dari sektor swasta; Distribusi dana sosial belum optimal, dengan kecenderungan dana lebih banyak mengalir ke kasus yang viral dibanding program kesehatan berkelanjutan; dan Program pencegahan kesehatan kurang mendapat dukungan karena hasilnya tidak instan dan sulit diukur dalam jangka pendek.
Sementara itu terdapat peluang yang dapat diambil CSO, antara lain: Potensi filantropi lokal yang bisa berperan lebih besar dalam menutup kesenjangan pendanaan; Pandemi COVID-19 membuktikan bahwa masyarakat dan sektor swasta lokal dapat berkontribusi secara signifikan tanpa bergantung pada bantuan luar negeri; Kolaborasi dengan berbagai sektor, termasuk perusahaan, organisasi filantropi, dan komunitas lokal dapat membantu program kesehatan tetap berjalan; Fokus pada program yang tidak dicover BPJS, misalnya rumah singgah untuk pasien, transportasi medis, dan edukasi kesehatan masyarakat; Pemetaan kekuatan jaringan CSO diperlukan untuk mengetahui potensi kerja sama dan sumber daya yang tersedia.
Sebagai langkah strategi dan tindak lanjut untuk memperkuat filantropi kesehatan, antara lain: Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan dana sosial untuk menarik lebih banyak dukungan dari filantropis; Menggunakan pendekatan berbasis bukti untuk menunjukkan dampak program kesehatan kepada calon donor; Mengadopsi strategi komunikasi yang lebih efektif agar isu kesehatan lebih menarik bagi publik dan sektor swasta; Memanfaatkan platform digital dan crowdfunding untuk menggalang dana dari masyarakat luas; Membangun kemitraan dengan filantropi berbasis agama, karena nilai-nilai kedermawanan sering kali selaras dengan ajaran agama.
Diskusi ini sekaligus membuka kesempatan bagi CSO untuk berjejaring dengan Perhimpunan Filantropi Indonesia dan organisasi lain yang bergerak di bidang kesehatan. Merancang roadmap bersama untuk memperkuat sistem pendanaan lokal dalam program kesehatan preventif dan promotif.