Search

Liputan Kegiatan

Sinergi CSO dan CSR Membangun Masa Depan

Diskusi bulanan Forum CSO+ pada 28 Mei 2025 ini menjadi pelengkap dari diskusi sebelumnya tentang peluang dan kolaborasi CSO dengan sumber pendanaan. Sebelumnya Forum CSO+ telah melakukan diskusi terkait peluang dengan filantropi. Kali ini berdiskusi terkait sinergi antara CSO dengan CSR. Ke depan, Forum CSO+ berencana untuk berdikusi terkait peluang dengan Swakelola Tipe 3.

Pada diskusi kali ini menghadirkan narasumber Sam August Himmawan, Direktur Eksekutif Purupiru, yang memiliki pengalaman cukup panjang di dunia CSR. Sebagai penanggap, menghadirkan Surahmansah Said dari Jenewa Madani Indonesia, dan Rediscovery Nitta dari Yayasan Kusuma Buana. Diskusi ini dibuka oleh Dr. Esty Febriani M.Kes dari Yayasan Lentera Kesehatan Nusantara, dan dimoderatori Ciptasari Prabawanti, Ph.D dari Siklus Indonesia. Diskusi dilakukan secara hybrid dari Kantor Siklus Indonesia dan diikuti peserta secara online sebanyak 30-an peserta.

Sebelum diskusi lebih lanjut tantng CSR, Riza Aritara dari Siklus Indonesia menampilkan dashboard anggota Forum CSO+ yang telah dikembangkan melalui platform lookerstudio (https://lookerstudio.google.com/s/khaKsf06mbI). Di situ terdapat 3 panel utama, yaitu; panel 1. Profile Forum CSO+ dengan daftar kegiatan yang telah dilakukan selama ini dan informasi pendaftaran untuk anggota baru; panel 2. Informasi Umum Forum CSO+, berisi bidang kerja, fokus isu, dan partner; panel 3. Anggota Forum CSO+, berisi informasi detail organisasi, terkait biodata organisasi, lokasi, bidang kerja, donor, fokus program, isu, dll. Pada panel ini juga tersedia link ke website masing-masing lembaga.

Poin penting yang disampaikan narasumber terkait CSR antara lain tentang mengapa dunia membutuhkan keberadaan CSR, manfaat CSR, dan akses ke CSR.

Dunia membutuhkan CSR sebagai jawaban bahwa ketika eksploitasi industri di bumi ada batasnya, alias limit to growth. Maka CSR patut memperhatikan triple bottom line, yang terdiri dari 3P, yaitu Profit, People, dan Planet. Sebagai pedoman, perusahaan perlu memperhatikan Pedoman CSR: ISO 26000 sebagai standar global pelaksanaan (C) SR.

Lalu apa manfaat keberadaan CSR? CSR dirancang sebagai mitigasi dampak yang bakal timbul sebagai akibat proses industri. Tugas utamanya adalah mencegah, mengurangi dampak yang muncul. Di sini ada antisipasi, memperhatikan harapan pada aspek lingkungan. Misalnya, industri membutuhkan transportasi, yang bisa berdampak pada kerusakan jalan atau kebisingan. Maka rancangan CSR adalah mengurangi dampak itu. Ringkasnya, CSR tidak semata-mata diartikan secara sempit berupa bagi-bagi beras atau bantuan langsung tunai, melainkan antisipasi dampak.

Bagimana CSO bisa akses ke CSR? Proses mendapatkan bantuan melalui mekanisme CSR tidak harus muncul dari proposal, tapi justru akan lebih ideal jika ada pengintegrasian bisnis. Artinya perlu kajian awal, atau diskusi mendalam dengan perusahaan yang akan diajak kerjasama.

Maka pertanyaan awal yang perlu disodorkan adalah: 1. Apa saja isu yang digarap, alias konteks industrinya;  2. Bagaimana bisnis modelnya, dengan mengkaji lokasi usaha, rantai pasok, peluang bisnis, termasuk pintu masuk ke perusahaan yang dituju; 3. Siapa saja pemangku kepentingan yang terlibat, dengan melihat dan melakukan pemetaan stakeholder, termasuk memetakan isu yang digarap.

Diskusi ini kemudian mendapat tanggapan dari dua penanggap, dan dilanjutkan dengan tanya jawab.

Pembelajaran penting dari diskusi ini adalah bahwa kerjasama antara CSO dengan CSR sangat dimungkinan ketika mendapatkan titik temu kepentingan antara keduanya. Artinya posisi keduanya setara dan saling membutuhkan.