Tanggal : 26 Maret 2025
Diskusi rutin Forum CSO+ ini merupakan kelanjutan dari diskusi sebelumnya yang berlangsung pada 29 Februari 2025 dengan narasumber Dr. dr. Jodi Visnu, MPH. Pada diskusi kali ini menghadirkan narasumber Timotheos Lesmana W sebagai Dewan penasehat Perhimpunan Filantropi Indonesia (PFI), penanggap oleh Dian Rosdiana dan dr. Nurholis Majid, moderator oleh Ciptasari Prabawanti, Ph.d, dan sambutan oleh Dr. Esty Febriani, M.Kes. Diskusi ini dilakukan secara online atau daring dengan jumlah peserta mencapa 44 orang.
Sebagai pengantar, Ciptasari Prabawanti, Ph.d menyampaikan bahwa diskusi Ini merupakan diskusi kedua terkait filantropi, dan dilatarbelakangi oleh penutupan bantuan pendanaan dari USAID. Melalui diskusi ini diharapkan mendapatkan perspektif sumber pendanaan dari berbagai saluran, antara lain dari filantropi, yang potensinya cukup besar di dalam negeri.
Pada sambutan pembukaan, Dr. Esty Febriani, M.Kes dari YLKN menyampaikan sejarah singkat lahirnya Forum CSO+ dan menyampaikan poin penting terhadap diskusi kali ini tentang bagaimana menyikapi berhentinya bantuan USAID. Terdapat harapan agar CSO tetap dapat berkiprah membantu masyarakat dan pemerintah, meskipun terdapat pengurangan bantuan pendanaan.
Timotheos Lesmana W pada awalnya menyampaikan bahwa selama ini CSO sangat tergantung donor dari luar. Padahal peluang filantropi di Indonesia cukup banyak, tinggal bagaimana cara mengaksesnya.
Sebagai sebuah perhimpunan, PFI memiliki tujuan social justice dan social development, dengan menjadi hub atau wadah bagi para filantropis dan pemikir, membangun ekosistem filantropi-yang telah ada di Indonesia melalui budaya gotong-royong, serta penguatan kapasitas dan ketahanan kelembagaan. Hal paling penting disampaikan adalah bahwa PFI bukan penyedia dana, melainkan hub dan membangun ekosistem filantropi sebagaina disebutkan di atas. Dengan kata lain PFI lebih berperan sebagai catalyst dan thought leader.
Kegiatan utamanya antara lain learning center, research and publication center, SDG’s collaboration center, campaign dan communication center. Terdapat cluster filantropi, yaitu lingkungan hidup dan konservasi, ketahanan pangan dan gizi, pendidikan, kesenian, zakat, pemukiman dan perkotaan, kesehatan. Nah, dari bentuk-bentuk cluster itu kemudian melakukan forum diskusi praktek baik, pengembangan kapasitas, pilot project, riset dan publikasi.
Melalui pemahaman ini, diharapkan CSO tidak semata-mata langsung berharap bantuan dari dari PFI melainkan memulai dari inisiasi program bersama-sama secara setara dan transparan. CSO dapat memillih tiga peran berikut ini, yaitu 1. Sebagai implementor (pelaksana dari program filantropi); 2. Sebagai katalisator (sebagai mediator kerjasama antara donor-pelaksana); 3. Ambil peran pada bidang advokasi (edukasi masyarakat dan pemangku kepentingan)
Paparan ini mendapat tanggapan dari Dian Rosdiana dan dr. Nurholis, dengan poin penting antara lain tentang kesiapan CSO bermitra dengan filantropi, kesamaan visi antara CSO dan filantropi, serta pentingnya kolaborasi bersama antara CSO+dan PFI. Sesi tanya jawab juga cukup seru, menghasilkan pemahaman tentang filantropi, dan bahkan terdapat peluang kerjasama.
Sebagai rencana aksi ke depan, melalaui Forum CSO+ diharapkan untuk siap menjadi mitra strategis pada cluster kesehatan.


